"TIMO ANAK YANG BAIK"

kali ini aku akan bercerita sebuah kisah nyata dari seorang pemuda dari tanah batak. sebut saja namanya Timotius, sering dipanggil 'Timo'. ia adalah anak bungsu dari 9 bersaudara. anak yang sangat baik dan aktif dalam pelayanan di Gereja. dia bergabung dengan kumpulan muda-mudi di Gereja nya yang disebut "N-HKBP (Naposo HKBP)".
Timo hanya tinggal berdua dengan ibunya yang seorang petani, karena saudara2nya yang lain sudah pergi merantau dan ada yang sudah berkeluarga. di usia 17 tahun Timo lulus SMA dengan mendapat nilai2 yang sangat bagus, bahkan dia menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. namun, mengingat situasi ibunya yang hanya seorang petani dan kakak2nya sudah pada berkeluarga niat ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi diurungkannya. kakaknya yang nomor 3 sudah mengatakan akan membantu sebisa mungkin, hanya saja Timo tidak ingin membuat kakaknya itu terbebani. Timo berbohong pada kakaknya dengan mengatakan belum siap meninggalkan Mama sendiri di kampung jika ia kuliah di Universitas Negeri. mamanya bahkan mendukung Timo untuk kuliah dan selalu mengatakan "Pos rohani damang, pasti iurupi Tuhan do omak pasikkolahon ho".
Timo hanya tertunduk mendengar itu, dan sesekali pergi sembunyi kekamarnya untuk menangis. sesungguhnya ia sangat ingin kuliah, dan mengambil jurusan Kedokteran yang menjadi cita2nya.
namun, mendengar perkataan orang bahwa kuliah Kedokteran itu membutuhkan biaya yang sangat mahal, Timo memastikan dirinya tidak akan kuliah dulu.

singkat cerita, Timo tidak jadi kuliah. untuk mengisi kekosongan harinya ia bekerja di salah satu percetakan sebagai pegawai fotokopi. ia berniat menabung, agar kelak dapat melanjutkan kuliah dan tidak terlalu membebani Mamanya.
kebetulan pemilik percetakan itu adalah sesama jemaat di Gerejanya.
Timo sangat rajin bekerja dan setiap pekerjaannya sangat rapi. Bos nya sangat menyukai pekerjaan Timo. ia kerap diberi bonus dan sesekali diberi makan siang gratis direstoran bersama Bosnya. Bosnya sudah menganggap Timo sebagai anak sendiri dan tidak pernah berpikiran negatif padanya apalagi Timo aktif dalam Kumpulan Muda-Mudi Gereja.

tak terasa hampir 2 tahun Timo bekerja di percetakan, ia kini bukan lagi sebagai pegawai fotokopi. ia malah sudah mengatur keuangan dan dipercaya untuk belanja keperluan Toko oleh bosnya.
namun suatu hari, Timo berasa tidak enak badan. ia harus permisi pulang karena ia sangat lemas sekali.
wajah Timo pucat dan suhu tubuhnya panas sekali. mamanya pun merawat Timo dan memberi obat2 alternatif. namun keadaan timo tak kunjung membaik. ia dibawa berobat kedokter, namun tidak juga ada perubahan.
beberapa dokter yang mereka jumpai, memberi pernyataan2 berbeda mengenai penyakit Timo.
yang lebih parah, ada dokter yang memprediksi penyakit Timo adalah Kanker Selaput Otak.
Mamanya sangat terpukul mendengar berita itu namun mamanya tidak ingin memberitahukan hal itu pada anak kesayangannya itu.
berbagai upaya dilakukan sang mama untuk mengobati Timo, mulai dari pengobatan Rumah Sakit sampai obat kampung pun diberikan pada Timo.
mamanya minta izin pada bos Timo untuk tidak bekerja di percetakan lagi sampai Timo benar2 sehat dan bosnya mengerti dan menyanggupinya.
Selama 8 bulan Timo hanya tergeletak dirawat dirumah oleh mamanya. sudah berapa kali ia keluar masuk Rumah Sakit, namun lagi2 terbentur biaya akhirnya Timo pun dirawat penuh dirumah oleh mamanya.
Timo semakin kurus dan tak bisa berjalan lebih dari 5 meter. ia harus dipapah oleh mamanya kalau hendak ke kamar mandi.
teman2 NH sering menjenguk Timo kerumah seusai pulang ibadah Gereja tiap minggunya.
namun, suatu hari tepatnya di hari minggu pagi Timo mengatakan pada mamanya kalau ia rindu pergi ke Gereja. ia ingin sekali ibadah ke Gereja hari itu. karena ketulusan anaknya itu, mamanya pun menyanggupi walau ia harus memapah Timo.
Timo senang sekali, ia menghampiri lemarinya dan mengutak atik pakaian2 nya. ia memilih baju terbaik yang ia punya. baju itu sudah terlihat kedodoran dipakai olehnya. tepat jam tengah sepuluh, Timo dan mama berangkat dari rumah menuju gereja. mama minta tolong pada tetangga untuk memboncengkan Timo sampai ke Gereja. teman2 Timo sangat bahagia sekali melihat kedatangan Timo. seluruh jemaat mendoakan kesehatan pada Timo. seperti ada kekuatan baru dalam diri Timo ia merasa sangat sehat pada saat itu. yang biasanya ia terlihat lemah, kini ia sanggup berjalan walau masih harus dipegang mamanya.
sepulang gereja, Timo berkata pada mamanya bahwa ia sangat ingin makan Ayam Rica2 masakan mamanya. "Rindu kali aku makan Ayam masakan mama" katanya.
Mama sangat senang mendengar hal itu, ia merasa anak kesayangannya itu sebentar lagi akan sehat kembali.
sampainya dirumah, mama langsung bergegas memasak masakan pemintaan anaknya itu. Timo langsung mengganti bajunya dan kembali tergolek di tempat tidurnya yang saat itu sudah dipindahkan ke ruang tamu agar tidak sumpek dan berada didepan TV. sembari berbaring Timo bernyanyi lagu rohani yang sangat ia sukai "Tudia ho dung mate ho alusi ma alusi ma....."
tanpa ia sadari lagu itu sangat menyentuh, hingga bulir2 air mata jatuh dari matanya.

tiba2 mama datang dari dapur, "nga male damang? paitte da mang da, masak nama tokkin nai"
"Songon na mondok au ma", jawab Timo pada mamanya sembari memejamkan mata.
"unang jo pittor modom damang, paitte mangan ma asa mangallang ubat baru pe modom" kata mamanya.
tiba2 Timo memegang tangan mamanya sambil berkata "Sai sehat2 omak da, unang sai tangis2 ho. ai jagaon ni Tuhan do au"
mendengar itu, mama seakan tersentak "ehe... ai aha di Timo... mangan ma jo amang ah. pette da mang da, asa hubuat iddahanmu"
mamanya pergi ke dapur sambil menitikkan air mata, ia memanggil tetangganya "Nai Riko, hui nai Riko .. ro jo, bereng jo si Timo ah"
"ai ahai eda? bah bah... boasa tangis ho?"
"dang huboto poang, beta ma jo tu jabuku, pangkulingi jo si Timo"
segera mereka bergegas kerumah Timo.
mamanya pun menghubungi kakak2nya untuk segera datang.
Nai Riko mengajak Timo berbicara, "uei... Timo, nga boa amang? boa hira2 pangkilalaon mu?
"nga sehat be au mak tua." jawab Timo
beberapa tetangga pun berdatangan kerumah Timo saat itu.
dari dapur, mama datang membawa sepiring nasi untuk Timo.
"mangan ma jo damang da?"
tiba2 Timo melihat ke atap rumahnya dan berkata "omak... boasa bumbung jabu ta on?
"bumbung boa do maksudmu?" tanya mamanya.
"bumbung. dang adong seng na. lak tarida ma langit dohot awan nei. bottar hian." kata Timo
mamanya terdiam, para tetangga disitu saling pandang heran satu sama lain mendengar ucapan Timo barusan.
"ai aha do ibereng ho amang?" tanya nai Riko.
"langit mak tua, adong museng akka jolma na habang. marbaju nabottar halaki. bagak hian mak tua, bereng ma mak tua adong sayapna" kata Timo.
mamanya langsung pergi kedapur menangis terisak2.
"songon na mondok au maktua" kata Timo pada nai Riko.
"martangiang ma jo hita da mang da" ajak nai Riko.
Nai Riko pun memegang tangan Timo sambil berdoa. setelah Amin nai Riko melepaskan tangan Timo. namun Timo tidak membuka mata lagi. wajahnya terlihat berseri.
"Timo? na tarpodom do ho amang?" tanya nai Riko.
Timo tak menjawab lagi, semua orang disitu terlihat takut dan berusaha memanggil2 Timo.
tiba2 mereka menangis memanggil2 Timo. mamanya didapur mendengar tangisan itu tertunduk dan lututnya lemas. ia pun menangis sejadi2nya.
"boasa tinggalhonon mu sahalakni omak dison Timoooo..."
sampai2 mamanya tergeletak dilantai dapur itu sambil menangis histeris.
mendengar jeritan mamanya itu, berduyun2 tetangga berdatangan kerumah Timo.
semua orang disitu menangis mengingat Timo yang sangat baik dan ramah pada semua orang.
malam pun tiba, Timo sudah dipakaikan pakaian kesayangannya. abang kakanya sudah berdatangan, mamanya masih terduduk didapur tak ingin melihat orang2 berdatangan melihat Timo. ia pun membawa sepiring nasi yang tidak sempat dimakan Timo itu ke kamar mandi. ia kunci kamar mandi itu dari dalam. ia memakan nasi itu sambil tangis terisak2.
anaknya2 sudah membujuk mamanya itu untuk segera keluar namun mamanya tidak menjawab. hanya isak tangis yang mereka dengar. mereka jadi khawatir pada mamanya itu, hingga Intan putri nya si nomor 3 datang sambil menangis mengetuk pintu ia berkata"omak...omak... dang berengonmu be siappudan man?"
sambil menangis mama menjawab "nga puas be au mamereng bohi nai, ai tanggurungkon do na mangoppa2i saleleng marsahit i."
"unang songoni ho omak, bereng jo bohini siappudanman. bereng jo tangis ni akka natorop an omaaak"
"ungnga ma ito, ro nama omak i. lok ma jo" bujuk abangnya pada Intan.
akhirnya mereka pun meninggalkan kamar mandi itu.
didalam kamar mandi, mama menangis sejadi2nya sambil berkata-kata "nga huallang be indahan mon da anakku hasian, naung iallang ho mai pudan. amangoi anakki... Timooo.... ise nama dongan2ku amang, ho do tondi2ku hasian..."
kemudian, mama pun keluar dan menyalami para tetangga yang datang. mereka membuat kebaktian untuk mendoakan Timo.
saat proses penguburan, warga berduyun2 mengantar bahkan cerita saat Timo meninggal terdengar sampai ke Kampung sebelah. kisah Timo kerap dijadikan sebagai kotbah pada saat kebaktian di gereja maupun ibadah2 di sekolah maupun kampus.
selamat jalan Timo, aku yakin kamu pasti tersenyum saat aku memposting kisah kamu dikirimanku ini.
salam manis dari teman2mu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terimakasih Atas Komentar Anda....!!! :) EmoticonEmoticon